Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah
“melakukannya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang
seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan
sebagai bagian dari perannya memberikan pengajaran/instruksi.
Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto,
itulah namanya. Saat ini dia menjabat sebagai Komisaris di perusahaan pelayaran
yaitu PT Samudera Indonesia Tbk. Sebelumnya dia pernah memimpin perusahaan
tersebut sebagai Direktur Utama.
Rekam jejak kehidupannya sangat luar
biasa. Meski
ayahnya adalah pemilik perusahaan NVPD Soedarpo Corporation, perusahaan yang
semula bergerak di bidang teknologi informasi dan distribusi farmasi, Shanti
Lasminingsih Poesposoetjipto tidak otomatis dapat duduk di posisi top di
perusahaan ayahnya. Pertama kali bergabung, ia malah ditempatkan pada
posisi manajer pada Service Bureau Department NVPD Soedarpo Corporation, yang
menjual jasa pengolahan data komputer secara terpadu kepada pihak ketiga.
Shanti bekerja bersama para insinyur lulusan Institut
Teknologi Bandung (ITB) yang dilatih di luar negeri dan kemudian ditugaskan
membangun sebuah pusat pengolahan data komputer. Bahkan, gaji yang diterimanya
pun sama dengan rekan-rekan insinyurnya yang lain.
Antara
1974 dan 1997, ia mempelajari segala macam tentang bisnis pelayaran di
Samudera Indonesia dan membangun karirnya dalam berbagai proyek teknologi
informasi. Pada 1985-1988, Shanti menduduki posisi-posisi penting, seperti
koordinator administrasi dan keuangan, serta koordinator bidang usaha komputer
dan telekomunikasi.
Shanti juga menjabat sebagai Senior Business Advisor PT
Ngrumat Bondo Utomo (NBU) sebuah holding company yang didirikan
Agustus 1997 untuk menjadi payung bagi Samudra Indonesia Group, Asuransi
Bintang, Loewe dan Soedarpo Informatika Group. Ia juga duduk di posisi yang sama
untuk PT. Praweda Ciptakarsa Informatika and PT. Sumber Daya Praweda
Informatika Group (Soedarpo Informatika Group).
Sepeninggal ayahnya, Shanti
meneruskan kendali perusahaan. Bersama jajaran kelompok usaha Samudera
Indonesia, Soedarpo Informatika, Asuransi Bintang, Indo Marine, dan perusahaan
lain yang dirintis orang tuanya bersama rekan-rekannya, dirinya dituntut untuk
lebih aktif. Kini Shanti menjadi Direktur Pasific Internet Indonesia,
perusahaan penyedia jasa Internet; Chief Operation Officer PT. Praweda
Ciptakarsa Informatika, perusahaan penyedia layanan solusi sistem integrasi;
dan PT. Sumber Daya Praweda Informatika, software house. Ia juga menjabat
Direktur Pengelola PT. Ngrumat Bondo Utomo, perusahaan induk di kelompok usaha
Soedarpo Corporation, yang membawahkan beberapa anak perusahaan yang khusus
membidangi TI.
Perubahan mulai dilakukan tahun 1993. Shanti
menggebrak dengan melakukan assesment (lewat SWOT) di semua lini usaha.
Mulailah ia melakukan efisiensi, selain mengambil kebijakan ketat terhadap
karyawan agar mempertimbangkan cash flow perusahaan dalam setiap transaksi
bisnis.
Dalam sebuah wawancara dia pernah berkata bahwa dia
mendapatkan pembelajaran-pembelajaran penting dari ayahnya yaitu “satu aspek yang
saya belajar dari Bapak waktu itu adalah kalau kita masuk ke dalam satu
perusahaan dan kita berperan sebagai anggota dewan komisaris, nah peran kita
kan bukan sebagai pemilik. Berarti kita adalah anggota dewan komisaris di mana
para anggota itu mempunyai hak suara yang sama. Di situ tidak bisa berperan
persentase kepemilikan. Di situ yang dijaga mungkin aspek governance yang kadang-kadang agak sulit bagi
orang biasa yang tidak bergerak di korporasi untuk menyelami itu. Tapi kalau di dalam komisaris dan direksi artinya
sama haknya. Semua punya hak suara”. Pemimpin seperti Shanti inilah yang dapat
mengerti dengan menganggap semua jabatan
sama dan semua orang punya hak suara untuk menyampaikan pendapat.
Cara
memimpin shanti dimulai dengan melihat sistem organisasi. sasaran organisasi bisa
dicapai apabila empat komponen sistem organisasi mendukung tercapainya
sasaran-sasaran tersebut (lihat skema dibawah, yang diadaptasi karya Shanti L.
Poesposoetjipto tentang Board Effectiveness).
Empat komponen sistem organisasi tersebut
adalah: (1) Proses Organisasi, (2) Budaya Organisasi, (3) Struktur Organisasi
dan (4) Kompetensi Organisasi. Agar para pemimpin organisasi dapat mencapai
sasaran-sasarannya, ia harus dapat memimpin, menata dan mengelola keempat
komponen sistem tersebut diatas. Ia dapat memulai dengan mempertanyakan
"Apakah proses, budaya, struktur dan kompetensi saat ini efektif mendukung
pencapaian sasaran saat ini?" atau "Apakah proses, budaya, struktur
dan kompetensi saat ini efektif mendukung pencapaian sasaran masa datang?"
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu kesuksesan
seseorang termasuk Shanti L. Poesposoetjipto. faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
menjadi dua faktor besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor-faktor yang muncul dari diri pemimpin, sedangkan faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik bawahan dan
situasi. Termasuk didalamnya situasi organisasi dan sosial.
1. Faktor
Internal, Sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang
membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada
pandangan dan cara ia memimpin. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin
sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan
pendidikan.
2.
Faktor
Eksternal, Faktor eksternal jika dikaitkan dengan formula Hersey dan
Blanchard, adalah faktor bawahan dan situasi. Faktor bawahan adalah faktor yang
disebabkan oleh karakter bawahan, di dalamnya terkait dengan status sosial,
pendidikan, pekerjaan, harapan, ideologi, agama dll. Faktor-faktor itu tentu
akan menentukan bagaimana pemimpin mengatur dan mempengaruhinya. Jika bawahan
itu adalah siswa, maka pemimpin akan menjalankan pola kepemimpinan sesuai dengan
karakter siswa. Karakter siswa pun akan berbeda-beda, ada yang belum dewasa
sehingga pemimpin mendekatinya dengan pendekatan pedagogi, ada pula siswa yang
sudah dewasa sehingga memerlukan pendekatan andragogi. Faktor eksternal lain
adalah faktor situasi. Situasi ini berkaitan dengan aspek waktu, tempat,
tujuan, karakteristik organisasi dll. Bertalian dengan waktu, perkembangan ilmu
dan pengetahuan mempengaruhi cara pandang dan budaya manusia. Perkembangan itu
berdampak pula pada perubahan konsep kepemimpinan.
Kesimpulannya
adalah faktor internal lah yang menjadikannya pemimpin yang sukses. Dalam
memimpin suatu organisasi dibutuhkan jiwa seorang pemimpin yang mau bekerja
keras dan berusaha dalam melakukan suatu pekerjaan. Ini membuktikan bahwa Shanti
tidak dengan mudah mendapatkan posisi atas di perusahaan ayahnya. Dia bekerja
keras dari posisi manajer ke posisi top di perusahaan tersebut. Oleh ayahnya
dia dituntut untuk berusaha dan mempunyai bekal mandiri. Selain
itu, mau mempelajari hal-hal baru karena yang namanya ilmu tidak ada kata rugi .
Seperti yang Shanti L. Poesposoetjipto katakan “Belajar dan Ilmu untuk Masa
Depan”.
Referensi :
http://kennarotama.blogspot.com/2010_11_01_archive.html
0 komentar:
Posting Komentar