Pages

Subscribe:

Kamis, 28 Mei 2015

Shanti L. Poesposoetjipto : Belajar dan Ilmu untuk Masa Depan



Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukannya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari perannya memberikan pengajaran/instruksi.

Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto, itulah namanya. Saat ini dia menjabat sebagai Komisaris di perusahaan pelayaran yaitu PT Samudera Indonesia Tbk. Sebelumnya dia pernah memimpin perusahaan tersebut sebagai Direktur Utama.

Rekam jejak kehidupannya sangat luar biasa. Meski ayahnya adalah pemilik perusahaan NVPD Soedarpo Corporation, perusahaan yang semula bergerak di bidang teknologi informasi dan distribusi farmasi, Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto tidak otomatis dapat duduk di posisi top di perusahaan ayahnya. Pertama kali bergabung, ia malah ditempatkan pada posisi manajer pada Service Bureau Department NVPD Soedarpo Corporation, yang menjual jasa pengolahan data komputer secara terpadu kepada pihak ketiga. Shanti bekerja bersama para insinyur lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dilatih di luar negeri dan kemudian ditugaskan membangun sebuah pusat pengolahan data komputer. Bahkan, gaji yang diterimanya pun sama dengan rekan-rekan insinyurnya yang lain.

Antara 1974 dan 1997, ia mempelajari segala macam tentang bisnis pelayaran di Samudera Indonesia dan membangun karirnya dalam berbagai proyek teknologi informasi. Pada 1985-1988, Shanti menduduki posisi-posisi penting, seperti koordinator administrasi dan keuangan, serta koordinator bidang usaha komputer dan telekomunikasi.

Shanti juga  menjabat sebagai Senior Business Advisor PT Ngrumat Bondo Utomo (NBU) sebuah holding company yang didirikan Agustus 1997 untuk menjadi payung bagi Samudra Indonesia Group, Asuransi Bintang, Loewe dan Soedarpo Informatika Group. Ia juga duduk di posisi yang sama untuk PT. Praweda Ciptakarsa Informatika and PT. Sumber Daya Praweda Informatika Group (Soedarpo Informatika Group).

Sepeninggal ayahnya, Shanti meneruskan kendali perusahaan. Bersama jajaran kelompok usaha Samudera Indonesia, Soedarpo Informatika, Asuransi Bintang, Indo Marine, dan perusahaan lain yang dirintis orang tuanya bersama rekan-rekannya, dirinya dituntut untuk lebih aktif. Kini Shanti menjadi Direktur Pasific Internet Indonesia, perusahaan penyedia jasa Internet; Chief Operation Officer PT. Praweda Ciptakarsa Informatika, perusahaan penyedia layanan solusi sistem integrasi; dan PT. Sumber Daya Praweda Informatika, software house. Ia juga menjabat Direktur Pengelola PT. Ngrumat Bondo Utomo, perusahaan induk di kelompok usaha Soedarpo Corporation, yang membawahkan beberapa anak perusahaan yang khusus membidangi TI.

Perubahan mulai dilakukan tahun 1993. Shanti menggebrak dengan melakukan assesment (lewat SWOT) di semua lini usaha. Mulailah ia melakukan efisiensi, selain mengambil kebijakan ketat terhadap karyawan agar mempertimbangkan cash flow perusahaan dalam setiap transaksi bisnis.

Dalam sebuah wawancara dia pernah berkata bahwa dia mendapatkan pembelajaran-pembelajaran penting dari ayahnya yaitu “satu aspek yang saya belajar dari Bapak waktu itu adalah kalau kita masuk ke dalam satu perusahaan dan kita berperan sebagai anggota dewan komisaris, nah peran kita kan bukan sebagai pemilik. Berarti kita adalah anggota dewan komisaris di mana para anggota itu mempunyai hak suara yang sama. Di situ tidak bisa berperan persentase kepemilikan. Di situ yang dijaga mungkin aspek governance yang kadang-kadang agak sulit bagi orang biasa yang tidak bergerak di korporasi untuk menyelami itu. Tapi kalau di dalam komisaris dan direksi artinya sama haknya. Semua punya hak suara”. Pemimpin seperti Shanti inilah yang dapat mengerti  dengan menganggap semua jabatan sama dan semua orang punya hak suara untuk menyampaikan pendapat.

Cara memimpin shanti dimulai dengan melihat sistem organisasi. sasaran organisasi bisa dicapai apabila empat komponen sistem organisasi mendukung tercapainya sasaran-sasaran tersebut (lihat skema dibawah, yang diadaptasi karya Shanti L. Poesposoetjipto tentang Board Effectiveness).


Empat komponen sistem organisasi tersebut adalah: (1) Proses Organisasi, (2) Budaya Organisasi, (3) Struktur Organisasi dan (4) Kompetensi Organisasi. Agar para pemimpin organisasi dapat mencapai sasaran-sasarannya, ia harus dapat memimpin, menata dan mengelola keempat komponen sistem tersebut diatas. Ia dapat memulai dengan mempertanyakan "Apakah proses, budaya, struktur dan kompetensi saat ini efektif mendukung pencapaian sasaran saat ini?" atau "Apakah proses, budaya, struktur dan kompetensi saat ini efektif mendukung pencapaian sasaran masa datang?"

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu kesuksesan seseorang termasuk Shanti L. Poesposoetjipto.  faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan menjadi dua faktor besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dari diri pemimpin, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik bawahan dan situasi. Termasuk didalamnya situasi organisasi dan sosial.
1.  Faktor Internal, Sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada pandangan dan cara ia memimpin. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan pendidikan.
2.      Faktor Eksternal, Faktor eksternal jika dikaitkan dengan formula Hersey dan Blanchard, adalah faktor bawahan dan situasi. Faktor bawahan adalah faktor yang disebabkan oleh karakter bawahan, di dalamnya terkait dengan status sosial, pendidikan, pekerjaan, harapan, ideologi, agama dll. Faktor-faktor itu tentu akan menentukan bagaimana pemimpin mengatur dan mempengaruhinya. Jika bawahan itu adalah siswa, maka pemimpin akan menjalankan pola kepemimpinan sesuai dengan karakter siswa. Karakter siswa pun akan berbeda-beda, ada yang belum dewasa sehingga pemimpin mendekatinya dengan pendekatan pedagogi, ada pula siswa yang sudah dewasa sehingga memerlukan pendekatan andragogi. Faktor eksternal lain adalah faktor situasi. Situasi ini berkaitan dengan aspek waktu, tempat, tujuan, karakteristik organisasi dll. Bertalian dengan waktu, perkembangan ilmu dan pengetahuan mempengaruhi cara pandang dan budaya manusia. Perkembangan itu berdampak pula pada perubahan konsep kepemimpinan.

Kesimpulannya adalah faktor internal lah yang menjadikannya pemimpin yang sukses. Dalam memimpin suatu organisasi dibutuhkan jiwa seorang pemimpin yang mau bekerja keras dan berusaha dalam melakukan suatu pekerjaan. Ini membuktikan bahwa Shanti tidak dengan mudah mendapatkan posisi atas di perusahaan ayahnya. Dia bekerja keras dari posisi manajer ke posisi top di perusahaan tersebut. Oleh ayahnya dia dituntut untuk berusaha dan mempunyai bekal mandiri. Selain itu, mau mempelajari hal-hal baru karena yang namanya ilmu tidak ada kata rugi . Seperti yang Shanti L. Poesposoetjipto katakan “Belajar dan Ilmu untuk Masa Depan”.

Referensi :
http://kennarotama.blogspot.com/2010_11_01_archive.html

0 komentar:

Posting Komentar